Berkumpul bersama orang-orang yang tercinta, anak, istri, orang tua, saudara dan kerabat adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Hati akan merasa tentram ketika melihat senyuman istri yang cantik. Yaahh.. walaupun gak terlalu cantik tetapi disanalah hati akan tentram bila ada didekatnya. Penat akan musnah ketika bercanda dengan anak setelah seharian banting tulang mencari rejeki. Gundah juga seketika hilang ketika menyongsong suami yang baru datang dari medan pertempuran mencari uang. Tapi kadang juga bertengkar....he..he..he...Ada juga yang tidak banting tulang, kerjanya cuma ndiemin tulang saja, yang di peras otaknya, karena kerjanya memang pakai otak, tapi tetap saja anak adalah hiburan yang paling menyenangkan ketika sampai di rumah.
Itulah secuil kisah dari kebahagiaan yang dialami seseorang ketika selalu bisa bersama dengan keluarga tercinta.
Kebahagiaan seperti itu untuk sementara waktu memang harus di pending (di tunda) bagi TKI yang bekerja jauh menyeberang lautan. Kalau boleh di kata, pilihan jadi TKI untuk mengadu nasib ke negeri orang adalah pilihan terakhir yang terpaksa harus dipilih karena di negeri sendiri ternyata juga seperti berada dinegeri asing. Betapa tidak, negeri sendiri yang seharusnya menjadi rumah yang sejuk ternyata memang tandus untuk kehidupan TKI. TKI bisa merasakan panen rejeki di negeri orang. Tapi di negeri sendiri TKI seringkali panen kesusahan. Karena hujan rejeki tidak kunjung datang. Yang datang hanya embun melulu. Gerimis hanya kadang-kadang saja.
Itulah juga yang pernah saya rasakan. Ketika itu saya bekerja sebagai kuli bangunan. Pekerjaanya antara lain adalah memindahkan material bangunan dengan menggunakan gerobak. Ketika saya sedang asyik telaten bekerja, tiba-tiba teman saya yang pernah menjadi TKI kuli bangunan di Malaysia bilang : "Hai..Mas Min, pekerjaan seperti ini nih, di Malaysia gajinya 70.000, tahu nggak?"
Sontak saya terhening. Karena tenaga kuli saya waktu itu hanya dihargai sekitar 20.000 rupiah saja. Sebagai orang awam saya hanya bertanya dalam hati : "Mengapa bisa begitu? kabarnya Malaysia merdeka lebih lambat dari Indonesia, tapi mengapa kuli di sana gajinya begitu besar?"
Bahkan sampai hari inipun (Selasa, 26 Agustus 2013 jam 06.05) di Mojokerto tempat saya tinggal, gaji kuli yang saya dengar adalah masih mencapai 35.000 rupiah saja. Coba saja lihat perbandinganya dengan Malaysia waktu itu (sekitar tahun 2000) masih sangat jauh.
Jadi jangan heran kalau para TKI, saudara-saudara saya, tetangga saya, BAPAK saya, pernah rela meyeberangi lautan dan hutan dengan hanya modal sepatu dan tas punggung saja, tanpa fasilitas yang cukup. Bekal yang paling BESAR yang mereka hanyalah MIMPI. Mimpi ingin merubah hidup. Mimpi ingin anak istri orang tua bisa makan yang pantas tidak sekedar kenyang, berpakaian yang bagus tidak sekedar menutupi tubuh. Dan seterusnya.
Cerita yang mengenaskan tentang TKI masih ada banyak sekali. Walaupun cerita itu sebagian kecil dari sebagian besar cerita cerianya TKI.
Itu cerita dulu...
BERSAMBUNG...
Atau langsung belajar usaha lewat internet (bisnis online) silahakn klik gambar di bawah ini:
Jangan lupa web yang sedang anda baca ini namanya : kave-online.weebly.com