Saya pernah meracik jajanan untuk anak sekolah, yaitu berupa rujak manis yang saya kemas dengan plastik dengan harga jual waktu itu (sekitar tahun 1998) Rp.100,-. Saya titipkan kepada para penjual makanan di sekolah-sekolah. Apa yang terjadi? Ternyata respon pasar (anak-anak sekolah) tidak terlalu berminat untuk membelinya. Akhir cerita, produksi yang masih banyak saya buang ke sungai.
Di kesempatan lain, saya juga penah mengemas jajanan untuk anak sekolah yaitu berupa mie kering. Karena waktu itu saya merasa punya uang, maka kemasan mie itu saya bikin yang bagus dengan di sablon warna-warni mendekati kemasan pabrik. Ditambah lagi saya kasih hadiah. Ternyata apa yang terjadi? Hasilnya sangat menyenagkan hati. Dari banyak penjual di sekolah-sekolah yang saya titipi, hanya satu dua penjual yang hanya laku separo. Sedangkan sebagian besar lainya laris, ludes dan minta tambah lagi.
Di sisi lain ada orang yang mempunyai kemampuan menjual barang padahal barang yang dijualnya itu punya kwalitas jelek atau biasa-biasa saja. Dan yang mengherankan, produksinya teruuuus saja laku walaupun akhirnya berhenti karena memang pasarnya jenuh. Berhubung JUALAN sudah menjadi nafasnya, maka begitu barang daganganya sudah jenuh dipasar dan tidak laku, maka dia berusaha membuat produk baru yang lain, atau barang-barang yang dahulu pernah laku sekarang di produksi kembali dengan pelsan tampilan yang baru.
Berusaha Hasil Produksi Supaya Bisa Laku
- Mungkin juga karena isi dari kemasan kurang banyak
- Mungkin karena kemasanya yang jelek, asal bungkus begitu saja
- Kalau rasanya, saya rasa sudah pas,
- Mungkin juga karena selera RUJAK MANIS di desa tidak relevan, coba kalau bikin rujak keju, rujak, balado he..he..he..
- Dan kemungkinan lain yang saya sendiri tidak tahu, karena waktu itu benar-benar bergerak sendiri tanpa ada pembimbing.
Sedangkan contoh kedua, yaitu Jajanan MIE kaering yang saya bungkus dengan apik ada kemungkinan keberhasilanya karena :
- Kemasanya memang bagus, sehingga anak-anak tertarik untuk membeli
- Dilihat dari isinya, sebenarnya masih kurang banyak untuk harga yang saya tetapkan waktu itu
- Mungkin juga laku karena ada hadiahnya
- Sasaranya juga pas, umpama saya titipkan kewarung dan toko di kampung, mungkin kurang laku
- Sebelum barang saya jual, saya sempat konsultasi dengan penjual disekolah. Apa saran kritik mereka berkenaan dengan barang yang akan saya produksi.
- Dan mungkin juga karena ada faktor lain yang saya tidak menegrti, mengapa dagangan saya laku keras.
Nah..dari kemungkinan-kemungkinan diatas itulah, mudah-mudahan apa yang kita buat, yang kita produksi bisa laku di pasar sesuai angan-angan kita. Dari segi barangnya, segi harga, segi lokasi panjualan atau yang penting lagi adalah KESUNGGUHAN dalam usaha kita bagaimana akal dan ide kita agar barang produksi yang kita buat bisa LAKU. Jujur saja, unsur kesungguhan saya waktu itu memang kurang.
Mudah-mudahan bermanfaat untuk kita yang ingin menjual produk kesayangan kita sendiri. Masa sekarang ini, menjual produk ada tambahan beberapa fasilitas dan cara penjualan, yang waktu itu tidak terpkirkan oleh saya. Sekarang ada INTERNET dan PERCETAKAN, yang bisa membantu mengumumkan / mempublikasikan produk kita ke calon pembeli.